08 Maret 2010

Mengisi Waktu Luang...

Catatan ku pada hari ini adalah mengenai kegiatan yang aku lakukan pada waktu senggang ku beberapa hari yang lalu. Berawal dari ketidaktahuan ku tentang apa dan bagaimana itu Eco-Products International Fair, karena pada tahun lalu aku tidak bisa mencari tahu tentang pameran ini. Ajang pameran di Jakarta pada tanggal 4-7 Maret 2010 terdapat beberapa pameran, 3 diantaranya berlangsung di kawasan senayan. Aku memilih untuk mengunjungi Pameran Eco-Products, datang dengan ditemani oleh Tanteku yang baik hati.

Dimulai dengan mendapatkan informasi mengenai Program Desa Mandiri Energi dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (salah satu contoh desa mandiri energi terletak di Bintuni, lihat gambar).
Menurut Bayu Krisnamurthi (Deputi II Bidang Koordinator Pertanian dan Kelautan, Program Desa Mandiri Energi (DME) adalah upaya untuk membangun desa melalui penyediaan energi untuk selanjutnya dimanfaatkan untuk kegiatan produktif di desa di maksud, dan diharapkan akan dapat mempercepat tercapainya pertumbuhan ekonomi di desa tersebut. Program ini mulai dilaksanakan pada tahun 2007. 
Informasi berikutnya yang aku dapat adalah mengenai 'hemat listrik, hemat energi, dan cara memilih auditor energi' dalam bentuk buku saku yang mudah untuk dibawa dan dibaca asalkan ada kemauan untuk membawa dan membaca informasi yang  bermanfaat didalamnya.
Gambar berikut ini adalah merupakan contoh kompor dengan bahan bakar biji jarak. Tanaman (pohon) Jarak banyak terdapat di sekitar rumah penduduk di pedesaan, ternyata dapat dijadikan bahan bakar untuk memasak. 
Memasuki arena pameran lebih jauh lagi, ada pengenalan kertas ramah lingkungan dari salah satu holding company di Indonesia. Stand ini tidak hanya memperlihatkan bentuk produknya yang ramah lingkungan, tetapi juga menyediakan sarana hiburan berupa tempat untuk foto dengan animasi untuk menarik minat pengunjung pameran. Jika ingin mendapatkan keterangan mengenai produk yang telah atau belum memiliki sertifikasi 'ekolabel', maka pengunjung dapat mendapatkan informasi seputar ekolabel dari produk kehutanan dan non kehutanan pada stand Lembaga Ekolabel Indonesia atau mendapatkan informasi via website mereka di http://www.lei.or.id, ehm...yang terbaru sedang dijajaki adalah sertifikasi produk kelautan.
Pada pameran ini juga terdapat informasi seputar hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan oleh LIPI, BPPT, dan beberapa lembaga litbang lain seputar produk ramah lingkungan.
Pameran ini sangat bagus untuk membuat pengunjung belajar mengenai lingkungan dengan cara yang lebih menyenangkan. 
Saat ini cukup dulu ya....nanti dilanjutkan dengan cerita yang lain lagi jika aku sudah mendapatkan hal pengetahuan yang baru lagi.

05 Maret 2010

Kearifan Lokal: konsep sederhana namun memerlukan 'kebesaran jiwa dan tanggung jawab besar' untuk melaksanakannya

Abah Maryono menjawab, "Abdi mah teu nyepeng elmu, tapi mung nyepeng amanah". Jawaban yang pendek dan sederhana ini sangat mengagetkan. Tidak memegang ilmu namun memegang amanah. Artinya, bagi seorang pemimpin adat memegang amanah jauh lebih penting dari penguasaan ilmu pengetahuan.

Kutipan diatas amat menarik dan amat sesuai dengan keadaan pada saat ini. Pada saat semua orang amat sangat tertarik menjadi pejabat ataupun petinggi namun tanpa memikirkan bagaimana caranya menjalankan amanah kepemimpinan atas jabatannya tersebut. Bercermin dari seorang pemimpin adat dari kampung kuta, yang lebih mengutamakan bagaimana menjalankan amanah yang melekat pada dirinya selaku pemimpin adat tanpa harus terlalu memusingkan dengan harus menguasai ilmu-ilmu pengetahuan dengan berbagai macam gelar dan lama pendidikannya.
Tidak terlampau mudah untuk membawa kearifan lokal menjadi sebuah tulisan ilmiah, jika melihat dari latar belakang pendidikan penulis.
Sebutir kalimat diatas sepintas amat mudah diucapkan, namun amat sulit dijalankan mengingat sifat ke-aku-an dari manusia amat mendominasi. Mungkin jika penulis mengutip motto dari Lembaga Pendidikan Perkoperasian (Lapenkop), seuntai kalimat di atas sebaiknya dilaksanakan dengan menggunakan motto lapenkop "Mengapa Dipersulit Kalau Bisa Dipermudah".    
Pelaksanaan dari kutipan 'menjalankan amanah lebih penting daripada menguasai ilmu pengetahuan' secara ilmiah, dapat dilihat dari konsep pemahaman (understanding) dari William Dilthey (dalam Kleden, 2006) yang menyatakan bahwa "Pemahaman" adalah suatu proses intelektual yang dapat diaktifkan untuk dapat memahami dunia manusia dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Melihat dari pernyataan tersebut, memang yang seharusnya dipahami adalah memahami terlebih dahulu amanah yang dibebankan dalam suatu jabatan kedudukan yang diemban, sampai dimana pertanggungjawaban harus dilaksanakan. Jika telah memahami amanah tersebut, meskipun pejabat ataupun pihak yang di beri amanah tidak menguasai ilmu pengetahuan yang seharusnya dia miliki dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya, pejabat tersebut tetap dapat menjalankan amanah tersebut. Karena pemimpin yang amanah dan di percaya oleh yang memberi amanah padanya, akan mendapatkan support dari seluruh stakeholders nya, dan jika terdapat masalah yang harus diselesaikan akan diselesaikan secara bersama-sama karena memang ditujukan untuk kepentingan bersama. Meski saat ini karena ke-ego-an yang mendominasi pada saat ini, menjadikan manusia lebih mengutamakan 'menguasai ilmu pengetahuan' yang belum tentu dapat menerapkan sesuai fungsinya daripada menjalankan amanah sesuai yang diamanatkan. 
-wassalam-