Aku bukanlah siapa2...
Aku hanyalah seorang manusia yang penuh dosa...
Banyak janji ataupun kewajiban yang belum kupenuhi hingga jelang berakhirnya tahun ini.
2013
Genap ku penuhi janjiku sendiri pada cahaya...
Senang melihat cahaya itu telah semakin menerangi tempat lain yang memerlukannya...
Mungkin cahaya itu kelak hanya akan dapat menerangiku sesekali saja, tapi tenang saja, akan ku coba tetap pada janjiku sendiri, mencoba berdiri sendiri dan menjadi cahaya bagi diriku sendiri dan tetap berusaha menerangi yang membutuhkanku.
Awal 2014...
Aku akan berusaha untuk menuntaskan janjiku pada guru2 terbaikku saat ini
Guru2 terbaik yang berusaha mengerti kesulitanku, kemalasanku, perilakuku...
Mohon maaf karena aku gagal memotivasi diriku sendiri untuk menyelesaikan janjiku pada kalian tahun 2013, aku harap awal tahun ini aku bisa menyelesaikan apa yang telah ku mulai di tahun 2012.
Cahaya 2013 itu telah menemukan jalannya dan semoga cahaya lain akan datang di saat yang tidak pernah ku ketahui.
Namun sebelum cahaya lain itu datang, aku wajib menuntaskan apa yang sudah ku mulai...
Menuntaskan tulisan2 indah bermakna dengan segenap hati dan pikiran mendalami semua bahan yang ada, dengan semua rupa tema yang berbeda satu sama lain dengan berusaha tetap dalam acuan.
Semoga tahun 2014ku lebih bercahaya bagiku dan semakin baik lagi...
Cahaya...kamu nyaris menghilang saat ini...tidak terlalu nyaman untukku, tapi tetap memberiku kebahagian tersendiri, karena aku tahu kamu memberi cahaya di tempat yang lain...
Cahaya...tenang saja, dengan beragam hal yang kita pelajari bersama tahun 2013 dan tahun2 sebelumnya, aku memiliki banyak bahan bahasan untukku...
Cahaya...aku akan tetap jadi angin...tidak akan mungkin berubah jadi air, jadi jika kau melihatku bersedih, itu tidak apa2, tenang saja, karena sesaat berikutnya angin akan mengubah rasa sedih itu menjadi biasa2 saja, dan angin tersebut akan menguatkannya, minimal akan tetap membuatnya laksana lilin, meski sedikit perih karena terkena lelehan lilin cair tetapi cahayanya akan menerangi lingkungan tempat lilin itu berada.
Cahaya...tenang saja, selama angin itu ada, dia akan hidup dengan membawa keindahan yang ada pada dirinya untuk memberikan kebahagiaan kepada yang lain.
Harapku, Tuhanku Yang Maha Baik, akan mempermudah niatku ini...meskipun aku bukan hambaNya yang baik.
Amin.
29 Desember 2013
25 September 2013
Kisah si Angin
"Menjadi lilin berarti memberikan cahaya bagi orang lain dan membiarkan diri kita sendiri terbakar"...kalimat ini kurasa tepat kukutip untuk menggambarkan kondisi diri pribadi-pribadi yang ingin memberikan manfaat bagi orang lain, namun terkadang tanpa disadari menyebabkan pribadi tersebut terbakar dengan permasalahan yang melanda dirinya.
Sebut saja namanya Angin, perempuan berusia nyari 35 tahun ini belum beruntung bertemu dengan belahan jiwanya. Meski dia tidaklah cantik, namun segudang masalah menumpuk pada dirinya untuk diatasi. Teringat pada saat dia bercerita memiliki janji pada seorang yang dia segani untuk tidak mengeluh apapun yang terjadi dengan dirinya saat ini, telah membuat dirinya berusaha lebih keras lagi untuk menjadi lebih baik lebih baik lagi. Meski Angin menyadari bahwa dirinya tetaplah manusia, masih banyak keluh kesah yang menumpuk yang keluar dari bibirnya.
Tapi pembelajaran dari lingkungan Angin menjadikan dirinya malu untuk mengeluh. Ada anak-anak kecil yang dengan cara mereka masing-masing mencurahkan permasalahan mereka, berusaha dengan keras mendapatkan perhatian dari figur orang yang mereka segani dan mereka anggap memiliki peran seperti orang tua mereka. Ada rekan kerja yang sangat peduli hingga sangat asyik dengan dunia kerja. Ada pula teman-teman baik dirinya yang selalu tersenyum tertawa menghibur orang lain meskipun segudang permasalahan menanti, banyak tanggung jawab yang harus dijalankan satu per satu ada di depan mata, jarang tersebut dari mereka pemikiran negatif tentang orang lain hanya karena beralaskan alasan subyektifitas, karena lingkungan ini pula Angin merasa dapat melatih diri untuk bersikap obyektif. Meskipun belum terlalu sukses, karena subyektifitas sangat susah dihilangkan.
Banyak orang dilingkungan selalu beranggapan orang lain hidup dengan mudah tanpa adanya banyak permasalahan, padahal jika dilihat lebih dalam, pada diri sendiri saja, Angin merasa kalau kita semua sering menutup diri, memilah milah hal yang bisa diketahui orang lain dan yang tidak boleh diketahui orang lain.
Belajar dari pengalaman waktu kecil, kadang kita meminta sesuatu pada orang tua tanpa berpikir bagaimana orang tua kita mengusahakannya; padahal begitu kita dewasa, ada anak kecil melakukan hal yang sama kita lakukan waktu kecil, kadangkala kita marah besar, hanya karena anak tersebut hanyalah kerabat kita. Hanya bisa tersenyum miris, manakala ada yang memarahi si Angin dan mengatakan betapa bodohnya si Angin mau menuruti permintaan-permintaan tersebut.Belajar tidak peduli dengan ucapan 'telat kawin, perawan tua'...meski kasihan pada orangtua yang akhirnya menjadi tameng terakhir buat anaknya. Hanya karena mereka tau setumpuk masalah yang harus diatasi. Angin...kisahmu inspiratif buat kami, hanya karena tanggungjawabmu, kamu rela membakar dirimu sendiri.
Sebut saja namanya Angin, perempuan berusia nyari 35 tahun ini belum beruntung bertemu dengan belahan jiwanya. Meski dia tidaklah cantik, namun segudang masalah menumpuk pada dirinya untuk diatasi. Teringat pada saat dia bercerita memiliki janji pada seorang yang dia segani untuk tidak mengeluh apapun yang terjadi dengan dirinya saat ini, telah membuat dirinya berusaha lebih keras lagi untuk menjadi lebih baik lebih baik lagi. Meski Angin menyadari bahwa dirinya tetaplah manusia, masih banyak keluh kesah yang menumpuk yang keluar dari bibirnya.
Tapi pembelajaran dari lingkungan Angin menjadikan dirinya malu untuk mengeluh. Ada anak-anak kecil yang dengan cara mereka masing-masing mencurahkan permasalahan mereka, berusaha dengan keras mendapatkan perhatian dari figur orang yang mereka segani dan mereka anggap memiliki peran seperti orang tua mereka. Ada rekan kerja yang sangat peduli hingga sangat asyik dengan dunia kerja. Ada pula teman-teman baik dirinya yang selalu tersenyum tertawa menghibur orang lain meskipun segudang permasalahan menanti, banyak tanggung jawab yang harus dijalankan satu per satu ada di depan mata, jarang tersebut dari mereka pemikiran negatif tentang orang lain hanya karena beralaskan alasan subyektifitas, karena lingkungan ini pula Angin merasa dapat melatih diri untuk bersikap obyektif. Meskipun belum terlalu sukses, karena subyektifitas sangat susah dihilangkan.
Banyak orang dilingkungan selalu beranggapan orang lain hidup dengan mudah tanpa adanya banyak permasalahan, padahal jika dilihat lebih dalam, pada diri sendiri saja, Angin merasa kalau kita semua sering menutup diri, memilah milah hal yang bisa diketahui orang lain dan yang tidak boleh diketahui orang lain.
Belajar dari pengalaman waktu kecil, kadang kita meminta sesuatu pada orang tua tanpa berpikir bagaimana orang tua kita mengusahakannya; padahal begitu kita dewasa, ada anak kecil melakukan hal yang sama kita lakukan waktu kecil, kadangkala kita marah besar, hanya karena anak tersebut hanyalah kerabat kita. Hanya bisa tersenyum miris, manakala ada yang memarahi si Angin dan mengatakan betapa bodohnya si Angin mau menuruti permintaan-permintaan tersebut.Belajar tidak peduli dengan ucapan 'telat kawin, perawan tua'...meski kasihan pada orangtua yang akhirnya menjadi tameng terakhir buat anaknya. Hanya karena mereka tau setumpuk masalah yang harus diatasi. Angin...kisahmu inspiratif buat kami, hanya karena tanggungjawabmu, kamu rela membakar dirimu sendiri.
12 Mei 2013
Petuah RMP Sosrokartono (Belajar bahasa Jawa)
Sugih tanpa banda, digdaya tanpa aji
(Kaya tanpa harta, sakti tanpa jimat)
Trimah mawi pasrah
(pasrah terhadap keadaan yang telah terjadi),
Suwung pamrih tebih ajrih
(jika tak berniat jahat, tidak perlu takut),
Langgeng tan ana susah tan ana bungah
(tetap tenang, tidak kenal duka maupun suka),
Anteng manteng sugeng jeneng
(diam sungguh-sungguh, maka akan selamat sentosa).
Sumber: http://news.detik.com/read/2013/03/20/102719/2198651/608/rmp-sosrokartono-kakak-ra-kartini-yang-polyglot-pertama-indonesia?nd771104bcj
(Kaya tanpa harta, sakti tanpa jimat)
Trimah mawi pasrah
(pasrah terhadap keadaan yang telah terjadi),
Suwung pamrih tebih ajrih
(jika tak berniat jahat, tidak perlu takut),
Langgeng tan ana susah tan ana bungah
(tetap tenang, tidak kenal duka maupun suka),
Anteng manteng sugeng jeneng
(diam sungguh-sungguh, maka akan selamat sentosa).
Sumber: http://news.detik.com/read/2013/03/20/102719/2198651/608/rmp-sosrokartono-kakak-ra-kartini-yang-polyglot-pertama-indonesia?nd771104bcj
Langganan:
Postingan (Atom)