Tulisan ini merupakan gambaran singkat isi dari buku Karbon Biru (seperti judul tersebut di atas).
Pada bagian pendahuluan, dijelaskan bahwa laporan ini mengkaji potensi mitigasi dampak perubahan iklim melalui peningkatan pengelolaan dan pelestarian ekosistem-ekosistem laut, terutama habitat-habitat vegetasi di kawasan pesisir, atau disebut juga sebagai Karbon Biru. Terdapat gambar daur karbon yang menjelaskan bahwa laut memiliki peran yang sangat penting dalam daur karbon tersebut. Ekosistem-ekosistem laut menyerap dan menyimpan lebih dari separuh karbon hijau (yaitu karbon yang terikat oleh organisme-organisme hidup melalui proses fotosintesis.
Pada bagian pelepasan dan penyimpanan-proses pengikatan karbon, sebagai pembaca awam, pembaca diperkenalkan bahwa karbon terdiri dari berbagai macam, jadi tidak hanya karbon biru saja, juga terdapat karbon coklat (CO2), karbon hitam (partikel abu), dan karbon hijau (penyerapan karbon melalui proses fotosintesis). Selain itu pada bagian ini dibahas mengenai emisi rumah kaca global menurut sektor, fakta mengenai warna-warna karbon, sumber-sumber pembakaran yang menghasilkan karbon hitam, dan penjelasan bahwa 45% karbon hijau tersimpan pada ekosistem-ekosistem alam di darat sedangkan sisanya sebanyak 55% terserap oleh biota laut termasuk plankton dan ekosistem-ekosistem penyerap karbon biru (blue carbon sink).
Pada bagian selanjutnya diberi judul planet biru : lautan dan iklim, terdapat penjelasan mengenai daur karbon dalam lingkungan laut global, fluktuasi karbon di laut, sirkulasi termohalin, fakta bahwa lingkungan laut merupakan pompa karbon raksasa, dan fakta peran virus dan bakteri kelautan dalam daur karbon.
Bagian selanjutnya adalah mengenai 7 (tujuh) dampak buruk yang akan dialami oleh lingkungan laut itu sendiri akibat perubahan iklim. Dampak buruk tersebut yaitu :
- Pencairan Es di Samudra ARTIK
- Perubahan Sirkulasi dan ekspansi termal
- Peningkatan dalam frekuensi dan keganasan badai
- Stratifikasi Kolom Air dan Kehilangan "Sistem Pompa" di Perairan Pesisir
- Perubahan Penyebaran Spesies dan Jalur-jalur Ruaya
- Pengasaman Air Laut
- Hilangnya Terumbu Karang dan Keanekaragaman Hayati yang berasosiasi dengannya
Selanjutnya dibahas mengenai Karbon Biru, peran laut sebagai carbon sink. Bahwa salah satu fungsi utama habitat pesisir yang ditumbuhi oleh vegetasi adalah perannya sebagai penimbun karbon. Selain penimbunan sebagian produksinya sendiri, penyerap karbon biru (blue carbon sink) dapat mengurangi kecepatan arus (aliran atau gerakan air), merubah sifat turbulensi dan mengatasi kekuatan/mengurangi dampak ombak. (hal. 38)
Pada bagian ini juga dijelaskan mengenai ketidakjelasan dan angka-angka perkiraan tertinggi penyerapan karbon oleh penyerap karbon biru. Terdapat tabel estimasi rata-rata dan maksimum laju areal penyerap karbon biru dan laju tahunan penimbunan karbon, fakta bahwa karbon laut dalam daur global, ekosistem-ekosistem penyerap karbon biru, dan fakta mengenai proposal-proposal rekayasa geografik untuk mitigasi peningkatan CO2.
Bagian selanjutnya adalah penjelasan mengenai Kemerosotan Pesat Wilayah Penyerap Karbon Biru di Seluruh Lautan Dunia dan bagian Penyerap Karbon Biru dan Kenyamanan/Kesejahteraan Manusia, selanjutnya adalah bagian yang menerangkan mengenai Adaptasi dan Mitigasi berbasis Ekosistem, dan juga terdapat arah kebijakan yang dirumuskan berdasarkan pada hasil dari kajian tersebut.
Kebijakan-kebijakan kunci yang disarankan adalah opsi-opsi sebagai berikut :
- Pembentukan dana blue karbon untuk perlindungan dan pengelolaan pesisir dan ekosistem kelautan dan penyerapan karbon;
- Segera melindungi setidaknya 80% dari luas padang rumput laut, rawa asin dan hutan bakau melalui pengelolaan yang efektif;
- Memprakarsai latihan pengelolaan sehingga mengurangi dan menghilangkan ancaman dan mendukung potensi pemulihan dalam masyarakat penyerap karbon biru;
- Memelihara pangan dan ketahanan mata pencaharian dari laut dengan pelaksanaan yang komprehensif dan pendekatan ekosistem terpadu yang ditujukan untuk meningkatkan ketahanan manusia dan sistem alam terhadap perubahan; dan
- Mengimplementasi Strategi saling menguntungkan di sektor-sektor berbasis sumberdaya laut.
Buku ini secara keseluruhan jika dibaca oleh orang 'awam' tanpa didampingi oleh orang yang mengerti betul mengenai apa yang tertulis didalamnya cukup membingungkan, karena bahasa buku ini tidak mudah di mengerti (atau mungkin karena saya terlalu bodoh sehingga tidak mengerti). Yang saya tangkap dengan bahasa sederhana yang bisa langsung diterapkan sebagai bentuk kebijakan yang bijaksana dan mudah dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat adalah JAGALAH EKOSISTEM PERAIRAN DI LINGKUNGAN MU, ENTAH ITU LAUT, SUNGAI, BERSAHABATLAH DENGAN AIR, KARENA KITA HIDUP DIKELILINGI OLEH AIR. JIKA KITA BERSAHABAT DENGAN AIR, BERARTI KITA JUGA MEMATUHI DAN MELAKSANAKAN APA YANG DIAMANATKAN PARA LELUHUR KITA, NENEK MOYANG KITA, UNTUK MENJAGA KELESTARIAN ALAM DEMI KEBERLANJUTAN KEHIDUPAN ANAK CUCU KITA.
Jadi, Pemahaman mengenai Kearifan Lokal (local wisdom) di masyarakat lebih utama untuk menjaga kelestarian bumi ini.
*) Tulisan ini dibuat setelah menghadiri acara launching buku 'Karbon Biru: Peran Laut Yang Sehat Dalam Mengikat Karbon'. Buku ini merupakan hasil terjemahan dan cetakan versi Bahasa Indonesia oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan.
Buku ini merupakan sebuah laporan yang disusun melalui kerjasama UNEP, FAO, dan IOC/UNESCO, serta kontribusi melalui undangan khusus dari DR. Carlos M. Duarte, Institut Mediterrani d'Estudis Avancats, Spain.
Penulis :
Christian Nellemann, Emily Corcoran, Carlos M. Duarte, Luis Valdes, Cassandra DeYoung, Luciano Fonseca, dan Gabriel Grimsditch.
Tim Penyelaras Bahasa :
Achmad Poernomo dan Tonny Wagey
ISBN : 978-82-7701-088-5
Jumlah halaman : 84.
Mohon maaf jika tidak berkenan dengan apa yang ditulis dalam tulisan ini, tidak ada maksud negatif, karena pemikiran yang terbersit adalah agar nantinya masyarakat bisa menerapkan hasil-hasil kebijakan dari kajian yang telah dilakukan di masyarakat. Dilakukan di Masyarakat, dan untuk Masyarakat.